Oleh: Andre Vincent Wenas

JAKARTA, AktualBanten.Id – Supporter kesebelasan di liga Inggris terkenal heboh, sampai-sampai ada yang nyelonong ke lapangan di tengah pertandingan. Motifnya macam-macam, ada yang sekedar cari perhatian dari bintang pujaannya, atau motif lainnya.

Memang di luar rencana manajer pertandingan, tapi itu kerap terjadi di banyak stadion. Ada-ada saja. Memang bikin kaget ya, tapi itu tak membuat Manchester United maupun Liverpool jatuh pamornya.

Begitu kira-kira yang terjadi di acara Kopdarnas PSI kemarin. Ada kader yang ngefans banget sama Gibran sampai naik ke panggung mau kasih jaketnya.

Kejadian itu di luar rancangannya panita penyelenggara memang, ada-ada saja. Walau sempat bikin kaget, tapi tentu saja hal itu tidak membuat pamor acara sampai jatuh.

Malah hal ihwal tentang event itu semakin viral di media sosial. Bahkan sampai jadi bahan perbincangan seputar meja makan.

Kecuali oleh sementara pihak yang memang hobinya mencari-cari jerawat sekecil apa pun di wajah cantik Grace Natalie maupun Isyana Bagoes Oka, insiden jaket itu dipermak narasinya jadi seolah-olah itu upaya resmi panitia. Ck… ck… ck…

Okelah, cukup ya soal jaket, sekarang kita respon pertanyaan kedua. Ini soal wacana Ganjar-Anies yang diangkat oleh petinggi PDIP di media.

Terus terang ini wacana untuk bikin terang terus cahaya elektoral menuju Februari 2024. Ganjar-Anies… wuiiih, dahsyat sih. Walau awalnya kaget juga, kok bisa ya ada wacana seperti itu? Tapi kata politisi-politisi senior, dalam politik sebelum janur kuning melengkung, semua itu mungkin saja.

Kita coba memahami rasionalisasinya. Banyak survey bilang, kalau head-to-head (2 pasang) maka Prabowo lebih unggul dari Ganjar. Tapi kalau 3 pasang, artinya Anies masih berada dalam arena, maka Ganjar yang lebih unggul.

Maka dari pada para pendukung Anies itu lari ke Prabowo dalam putaran kedua, bagaimana kalau Aniesnya disandingkan saja dengan Ganjar sejak awal.

Dengan skenario seperti itu nggak bakal ada kesempatan bagi Prabowo untuk menyerap para pendukung Anies di putaran kedua. Lantaran nggak ada lagi cerita “putaran kedua” segala.

Dalam pemilu istilahnya menang “landslide”. Dalam dunia bisnis namanya “windfall profit”. Dalam mimpi Bang Japar disebut “rejeki nomplok”.

Tentu itu semua dengan pertimbangan pragmatis elektoral, sementara faktor lain (misalnya ideologis) dianggap subordinasi dari pertimbangan pertama.

Soal isu “pengkhianatan” yang diangkat Andi Arief dari Partai Demokrat, dimana sebelumnya mereka mengusung AHY untuk jadi wakil Anies, tak perlu jadi cerita panjang. Itu semua bisa diatur. Bersama PKS yang memang piawai dalam ihwal atur-mengatur.

Hmm… kalau begitu ceritanya, make sense juga sih.

Kita kira, kubu Prabowo tentu mesti mendesain ulang strateginya demi menghadapi wacana baru ini.

Jakarta, Kamis 24 Agustus 2023
Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *